04 Mei 2013

Cara Memotivasi Diri Agar Mudah Melakukan Kebaikan

Kebaikan apapun jika hanya berbentuk kata-kata tanpa wujud nyata dalam tindakan belum memberikan manfaat. Kebaikan harus diwujudkan dalam tindakan dan harus menjadi kebiasaan. Karena kebiasaan yang baik adalah modal bagi kita untuk meraih kesuksesan.

Masalahnya adalah sering terjadi apa yang kita ketahui sebagai sebuah kebaikan berbeda dengan apa yang kita lakukan. Antara pengetahuan dengan perbuatan masih ada jarak. Ilmu masih belum menyatu dengan amal. Kita mengetahui suatu jalan, tetapi kita belum berada di jalan itu.

Nah, dalam postingan kali ini saya ingin membagi pengalaman pribadi dalam hal motivasi melakukan kebaikan. Pengalaman saya sendiri dalam menghancurkan rasa malas yang menghambat diri saya melakukan kebaikan. Pengalaman saya dalam mengenali arah motivasi yang selama ini saya miliki dan bagaimana memanfaatkannya untuk meningkatkan produktifitas akan saya sampaikan dalam postingan kali ini.

Saya baru menyadari bahwa selama ini atau beberapa waktu belakangan ini, saya lebih banyak memiliki arah motivasi menjauh ketimbang mendekat. Akibatnya saya cenderung jadi malas. Adapun ketika semangat muncul namun justru kepada hal-hal yang tidak penting. 


Tentang Arah Motivasi.
Dalam salah satu Meta Program, sebuah teknik dalam NLP, “Arah Motivasi” seseorang itu bisa “mendekati”, bisa pula “menjauhi". Arah motivasi mendekati maksudnya seseorang bergerak mendekati hasil atau target positif. Sedangkan arah motivasi menjauhi maksudnya seseorang bergerak menjauhi sesuatu yang mengancam (target negatif).  Perumpamaan yang paling sering digunakan untuk menggambarkan arah motivasi adalah kuda dan keledai.

Apakah perbedaan kuda dan keledai? Kuda akan bergerak jika dicambuk. Sedangkan keledai bergerak karena di depannya ada wortel. Jika dibalik maka hasilnya nihil. Kuda tidak tertarik dengan wortel. Begitu juga keledai, tidak takut dengan cambuk.

Tahun-tahun terakhir yang saya alami, saya merasa saya ini termasuk tipe orang yang termotivasi jika ada ancaman. Tetapi sebenarnya suka atau ingin sekali mencapai target yang menghasilkan imbalan atau hadiah. Kadang menjauh kadang juga mendekati. Tetapi memang, yang paling mendominasi adalah menjauh. Itulah sebabnya saya mengalami banyak kemunduran beberapa waktu belakangan ini. Karenanya saya berkesimpulan harus melatih diri agar bisa menggunakan arah motivasi mendekat lebih sering lagi.

Saya sering menunda-nunda pekerjaan. Saya juga jarang sekali bisa menyelesaikan proyek yang telah saya mulai. Satu hal belum tuntas, sudah tergoda melakukan yang lain. Tetapi ini juga terkait dengan kemampuan memfokuskan diri.












Saya baru menyadari mengapa saya sering begitu. Analisa saya adalah karena selama ini arah motivasi saya adalah menjauh. Tetapi saya menjauhi hal-hal yang tidak enak sebagai alasan melakukan penundaan atau bahkan pembatalan. Jadinya saya tampak sebagai seorang yang penuh keraguan.

Ibadah Sunnah
Cara saya memotivasi diri agar mudah melakukan kebaikan adalah dengan membiasakan diri mengambil arah motivasi mendekat. Saya latihan ini dengan melaksanakan puasa sunnah senin-kamis. Sebab puasa sunnah tidak ada dosa jika kita batalkan kapan saja. Sehingga tanpa ada ancaman dosa saya jadi lebih fokus kepada pahala. Saya usahakan motivasi saya mendekati.

Sebetulnya ibadah lainnya yang bersifat sunnah (apalagi sunnah muakadah) tentu merupakan sarana yang sangat baik untuk melatih diri kita terbiasa dengan arah motivasi mendekat. Misalnya sholat malam (qiyamulail), sholat dhuha dan tilawah quran. Semua ibadah tersebut tidak ada ancaman dosa bagi yang meninggalkannya. Maka ketika saya mencoba melakukannya, saya bisa lebih fokus kepada kebaikan-kebaikan yang akan saya peroleh bila menjalankannya.

 Prioritas Memberikan Perbedaan.
Mungkin banyak orang yang sebenarnya memiliki arah motivasi mendekat. Tetapi boleh jadi karena prioritasnya tidak sama satu sama lain maka meskipun menghadapi tantangan yang sama, tetapi sikapnya boleh jadi berbeda-beda.

Semakin sering kita melatih diri arah motivasi mendekat, semakin mudah mencapai kesuksesan. Caranya sering-seringlah melakukan kegiatan yang penting dan tidak mendesak. Kurangi kegiatan penting dan mendesak (kecuali memang tuntutan profesi). Latihan meraih target jangka pendek.

Stephen R. Covey dalam bukunya "First Thing First" mengatakan bahwa kita harus mendahulukan hal-hal yang utama dalam hidup ini. Salah satu hal yang utama adalah kegiatan yang berada di kwadran II yaitu yang penting dan tidak mendesak. Contohnya olahraga, membaca buku, menabung dll. Kegiatan yang boleh jadi tidak ada unsur bahaya/ancaman secara langsung apabila kita tidak melaksanakannya.

Tetapi kebanyakan orang mengabaikan kegiatan ini. Karena belum merasakan sebagai ancaman. Namun ketika tiba-tiba jatuh sakit, maka barulah merasa penting dan langsung ingin mengerjakan kegiatan olahraga saat itu juga.